Selamat Datang

Ki Bambang Asmoro: Wayang Kolaborasi

Tuesday, April 22, 2008

Wayang Kolaborasi

Ki bambang Asmoro dan Ki Wawan Ajen berkolaborasi dalam pergelaran yang menggabungkan idium wayang kulit dan wayang Golek di Radio Swara Jakarta 1 September 2007 berlangsung sukses dan berhasil memukau penonton.Pergelaran ini dalam rangka pengenalan ICT kepada masyarakat bawah khususnya penonton wayang yang di pelopori oleh Ditjen Aplikasi Telematika Depkominfo bekerja sama dengan Radio Swara Jakarta. Pergelaran tidak sekedar pentas bareng antara Dalang Wayang kulit dan Golek tetapi memang kedua dalang ini mengusung konsep dan visi yang sama dan menyatu dalam satu garapan lakon "Sarwa Karna atau Karna Tanding".

Kedua Dalang yang jebolan Perguruan Tinggi Seni ini memang terlihat sangat kompak dalam menyajikan sebuah garapan wayang baru penggabungan dari wayang kulit dan goleh dengan didukung beberapa unsur; seperti tari, Bodoran (topeng Bekasi), bintang tamu Endra Utami, animasi, serta garapan gending diatonis yang ditumpangi dengan musik pentatonis. Presentasi pemanfaatan ICT di masyarakatpun dilakukan Ki Bambang Asmoro saat adegan Limbukan lewat tayangan layar movie.

Dalam kesempatan ini juga dilakukan dialog interaktif dengan Direktur Pemberdayaan telematika Depkominfo Bapak Bambang Soeprijanto seputar program - program pemanfaatan dan pengenalan ICT. Penonton yang penasaran permainan seperti apa yang bisa ditampilkan gabungan antara wayang kulit dan golek terjawab sudah di malam minggu yang cerah 1 September 2007 bertempat di halaman Radio Swara Jakarta.

Permaianan kolaborasi kedua Dalang yang sama - sama pejabat di Kominfo dan Budpar ini memang menyuguhkan rasa yang berbeda, palimng tidak momentum ini sebagai titik awal untuk mengembangkan kreatifitas Dalang dalam kolaborasi yang akan datang. Permainan yang maksimal dalam satu kesatuan yang utuh dari kedua Dalang patut di acungi jempol, sehingga pergelaran semacam ini menjadi ajang apresiasi bagi komunitas penonton wayang kulit khususnya terhadap garapan-garapan baru di dunia wayang.

Meski penonton swara Jakrta mayoritas penonton wayang kulit jawa tetapi mereka dapat menikmati kolaborasi ini, karena media bahasa yang di pakai masih tertanggkap jelas, wayang golek berbahasa Indonesia sedangkan wayang kulit berbahasa jawa. Apresiasi tinggi terhadap kolaborasi ini dapat dilihat dengan banyaknya penonton yang hadir dan antusias dalam mengikuti jalannya pergelaran. Tepuk tangan meriah, gelak tawa sering terdengar memecahkan keheningan malam minggu yang cerah kala itu.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home