Selamat Datang

Ki Bambang Asmoro: April 2008

Tuesday, April 29, 2008

Rancakan Rebab


Rancakan Rebab ini, agak special karena dihias dengan patung 2 naga melilit.

Rebab


Biasanya dalam karawitan menggunakan 2 buah rebab, dengan setelan nada 6-2 dan satunya lagi distel dengan nada 5-1 (untuk Pelog Limo).

Gender


Kualitas sangat bagus, baik perunggu, rancakan, bumbungan dan suaranya. Dibuat oleh seorang empu yang tidak saja ahli dalam membuat gamelan tetapi juga ahli dalam memainkan gamelan (karawitan)

Rancakan Demung


Rancakan Demung berukir halus.

Satu Set Gong/ Kempul


Satu Set Gong /Kempul Laras Pelog/Slendro terdiri dari sekitar 12 kempul, 2 gong suwukan, 1 gong barang dan 2 gong besar.

Gong dan kempul


Satu set gong dan kempul slendro dan pelog di pasang dalam dua gayor.

Gong


Gong Gede (besar) dalam satu perangkat gamelan sangatlah dominan peranannya, karena setiap akhir awal dan akhir Gending sajian dalam karawitan mesti menggunakan Gong gede ini. Tanpa gong Gede suatu sajian gending tidak akan "semeleh" atau tidak ada ulihannya.

Gendang


Kualitas Gendang yang bagus; terbuat dari kayu nangka, ukir, plitur dan finishing halus.

Macam-macam Gendang


Macam-macam Gendang, mulai dari Ketipung, Gendang Ciblon, Gendang Sabet (gendang wayangan) dan Gendang Gede (Bem).

Rancakan Gender


Salah satu contoh Rancakan Gender.

Rancakan Gambang


Rancakan gambang ini selain di prada, juga di cat warna teutama pada relief naganya.

Rancakan Model Baru


Rancakan dengan model baru. Jika biasanya rancakan gamelan di plistur atau dicat dengan warna merah, hitam atau hijau, tetapi sekarang rancakan ada yang dicat berwarna layaknya wayang.

Gamelan Prunggu


Gamelan perunggu buatan terbaru, ada bebrapa set (Pelog dan Slendro) komplit. Boleh dibeli....yang berminat hubungi saya....di ..081511100767 atau e-mail bbgtri@gmail.com per set (pelog/slendro) lengkap dengan balungan dobel, kualitas perunggu, rancakan dan suara dijamin sangat bagus.

Wednesday, April 23, 2008

Tiga Tidak Serangkai


Dari kiri Jangroso Sutrisno, sang sutradara Ketoprak, yang sudah mumpuni di tata bahasa jawa, penyiar radio dan MC "pethingan" dalam upacara adat jawa (mantu). Tengah Susilo Raharjo, Patih Majapahit dan paling kanan Ki Bambang Asmoro.

Melu Payu


Weleh-weleh, samar bojone ilang kesandung sinden, main Ketoprak barang ditutke. Ning ya bener... wong lanang nek diuja ya ilang tenan. Mula Pengawasan melekat (WASKAT) perlu diterapkan.

Girindra Wardana


Pentas Ketoprak dalam rangka Halah Bihalal keluarga besar pecinta Radio Swara Jakarta yang dibgelar pada tanggal 28 Oktober berlangsung sukses. Suksesnya pergelaran ini karena didukung oleh berbagai pihak yang peduli dengan kesenian tradisional khususnya Ketoprak. Mantan Gubernur DKI Sutiyoso bahkan hadir dalam kesempatan tersebut untuk memberikan dukungan moral kepada para pemain dan bersilaturahmi dengan bekas warganya.
Pentas Ketoprak kali ini mengambil ceritera "Gendera Gula Klapa" yang menceriterakan seputar kedatangan agama baru dan awal orang jawa mulai meninggalkan agama lama, hingga pada ending ceritera Prabu Brawijaya Muksa. Pemain Ketoprak terdiri dari seniman muda DKI/para Dalang, diantarannya Ki Bambang Asmoro yang memeran Dipati Girindra Wardana adik Prabu Brawijaya, Ki Prapto Panuju memerankan Brawijaya, Ki Nanang HP yang memerankan Wanasalam, Ki Jangrono Sutrisno sang sutradara memerankan Aryo Damar, Ki Joko Sulisyana memerankan Jafar Sodik, Ki Priyaji memerankan Sunan Ngudung, Ki Suwardi memerankan Sahid, Ki Susilo memerankan Patih Majapahit, Irwan memerankan Kasan, Indra Utami memerankan Retna Panggung. Pemain inti dibantu oleh keluarga Wayang Orang Barata Budiman dan kawan-kawan diantarannya Yu Surip yang memerankan Retno Subangsi, .
Pergelaran diawali dengan gladenyuda (latihan perang) balatentera Girindrawardana untuk bersiap siaga menjaga berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Girindra Wardana yang diperankan oleh Ki Bambang Asmoro mengintruksikan agar latihan selesai, dan memerintahkan kepada Dipati Jaya Wardana dan Jaya Widarga untuk bersiap-siap menata pasukan, sedangkan ia akan menghadap Prabu Brawijaya untuk mendapatkan perintah dari Majapahit tentang kelangsungan kerajaan Majapahit kelak.
Itulah cuplikan awal dari pergelaran ketoprak Dalang DKI yang di Sponsori oleh Bank BRI dan beberapa penggemar Radio seperti Bapak Wibisono, Sugito, Suwito dan pangarso Radio Swara Jakarta KPH. H. Widodo Purbokusumo.
***
Pergelaran berbeda dengan ketoprak Humor atau ketoprak yang sering kita lihat di televisi. Ketoprak ini digarap secara serius, pesan yang ingin disampaikan digarap secara apik melalui adegan dan garap sanggit yang menggigit pada setiap dialog. Kedatangan agama baru di tanah jawa dalam hal ini Islam dan sikap perilaku orang jawa yang "Kamot momot" disuguhkan secara bijak dan penuh kehati-hatian. Sehingga pentas Ketoprak ini tidak sekedar menghibur tetapi berpandangan jauh kedepan lebih memberikan pencerahan mengenai sikap dan perilaku orang jawa, etika jawa, estetika jawa lebih dikedepankan ketimbang tontonannya.

Dadi Girindra Wardana


Main Kethoprak bareng komunitas Dalang dan Seniman DKI di Radio Swara Jakarta. Bahan make upnya murahan, dadine pating kecumut raine ra genah.

Tuesday, April 22, 2008

Ki Bambang Asmoro dan Ki Purbo Asmoro




Foto bersama sebelum pentas, "koyo jambe sinigar- sing siji bosok".

Ki Bambang Asmoro dan Ki Purbo Asmoro Pentas bersama


Pengenalan ICT lewat media wayang yang diselenggarakan oleh Ditjen Aptel Depkominfo ternyata diminati oleh penonton wayang Jakarta. Hal ini ditandai dengan membanjirnya penonton yang hadir untuk menyaksikan pergelaran wayang kulit. Sekitar 4000 penonton memadati halaman Radio Swara Jakarta sebagai ajang pentas. Kebetulan pentas wayang kali ini menampilkan Dalang terkenal dan berbobot Ki Purbo Asmoro, S.Kar.M.Hum berkolaborasi dengan Ki Bambang Asmoro. S.Sn. membawakan Lakon Muter Taman Sriwedari.


Ki Bambang Asmoro, S.Sn Dalang dari Depkominfo menyampaikan pesan pengenalan ICT melalui media wayang di adegan Limbukan dan tampil prima mengimbangi permainan Ki Purbo Asmoro yang jauh lebih senior. Dengan percaya diri yang tinggi, Dalang Pejabat dari Depkominfo yang juga Juara Dalang DKI pada Tahun 2000 ini menyampaikan beberapa materi melalui slide, tentang pemanfaatan ICT dalam kehidupan sehari-hari. Ki Bambang Asmoro yang memang berangkat dari seniman Dalang, nampak sangat menguasai audience wayang, meski sudah lama tidak mendalang karena kesibukannya sebagai pejabat pemerintah tetapi kepiawaian mendalangnya tidak diragukan lagi.


Dalam adegan limbukan suasana ger-geran juga sering tercipta berkat beberapa bintang tamu pendukung antara lain Sindhen Banyumasan Nyi Wainten yang memang sudah sering mengikuti pergelaran Ki Bambang Asmoro maupun Ki Purbo Asmoro. Alunan suara merdu juga mengumandang lewat tembang seorang artis cantik Endra Utami yang membawakan dandhanggula semarangan yang dilanjutkan dengan Langgam Tak enteni oleh Sindhen akademis Ny.Sukesi dari ISI Surakarta. Aplous penonton pun menggema memecahkan keheningan malam memuji suara merdu kedua wanita cantik ini. Beberapa pemerhati seni juga memberikan sumbangan lagu, seperti Bapak Suwito, Bapak Sugito yang melantunkan lagon petis manis dilanjutkan Gethuk juga menghangatkan suasana panggung malam itu. Sementara tamu pejabat dari Depkominfo Basuki Yusuf Iskandar (Dirjen Postel) dan Bambang Soeprijanto (Direktur Pemberdayaan Telematika) nampak menganggukkan kepala serta tertawa lepas ketika mendengarkan lelucon yang di sajikan oleh Ki Dalang dan pesindhen Wainten.


Ki Purbo Asmoro yang meneruskan pergelaran hingga selesai, menyajikan lakon dengan sangat bagus, mentes dan memukau penonton. Dalang yang sangat piawai dalam mendramatisasi adegan. Tokoh Sumantri digambarkan tidak seperti biasannya yang enggan di ikuti adiknya yang berparas raksasa kerdil, tetapi digambarkan sebagai seorang kakak yang sangat sayang kepada adiknya Sukosrono. Bahkan Sukosrono sendiri yang tidak mau diajak Sumantri untuk bertemu dengan orang-orang terhormat, karena menyadari hanya akan menjadi bahan ejekan dan merendahkan martabat kakaknya Sumantri yang ia sayangi. Ketika Sumantri tidak bisa memenuhi titaj Raja Maespati untuk memindahkan (muter) Taman Sri Werdari dari negara Magada ke Maespati, maka Sukasrana lah seorang rakyat jelata pemuda desa yang lugu dan rendah hati ternyata mampu melakukannya.


Konon diceritakan Ki Dalang bahwa suatu negara yang didalamnya terdapat Taman Sriwedari dan dapat mengelolanya dengan baik maka akan termashur ke berbagai belahan dunia, serta masyarakatnya akan “Tata tenteram, kerta raharja”. Lakon Muter Taman Sriwedari sengaja diangkat dalam Sosialisasi ini karena merupakan sebuah nukilan salah satu program Depkominfo yakni pembangunan “Taman Maya” (Cyber Park) yang ada di Bogor sebai pusat pengembangan dan pelayanan pemerintah berbasis ICT kepada seluruh rakyat Indonesia.


Ending dari ceritera ini juga juga sangat menakjubkan, ketika Sumantri di utus oleh Raja Maespati untuk membunuh Buto Bajang yang ada di Taman Sriwedari. Sumantri dengan perasaan menyesal menemui Sukosrono untuk mengajak pulang saja ke desa, melupakan kemewahan yang kini sudah diperolehnya. Tetapi Sukosrono sebagai adik yang berbakti, telah tanggap dengan apa yang seharusnya dilakukan, keris yang dibawa Sumantri "ditubruk" Sukosrono ketika Sumantri terlena. Sukosrono pun meninggal dengan berbagai pengorbanan untuk kakaknya tercinta, sesuai dengan namanya Suko-sarono,(yang suka memberikan pertolongan)

Adegan Wayang Kulit


Salah satu adegan wayang kulit, Karna ketika bertemu iastrinya Surti kanthi untuk yang terakhir kali sebelum berangkat ke medan kurusetra sebagai Senapati Astina.

Dukungan Animasi


Dukungan animasi pada layar belakang juga mempertegas setiap adegan yang yang mememang perlu penekanan khusus, yang menghantar penonton untuk beremajinasi secara luas.

Para Penari yang terlibat Kolaborasi


Wajah-wajah cantik para penari yang ikut mendukung kolaborasi. Tidak ketinggalan pemain topeng Bekasi juga ikut mejeng.

Kolaborasi dengan Topeng Bekasi


Kolaborasi ini juga menggandeng Topeng Bekasi dan Penari Jaipongan

Wayang Kolaborasi

Ki bambang Asmoro dan Ki Wawan Ajen berkolaborasi dalam pergelaran yang menggabungkan idium wayang kulit dan wayang Golek di Radio Swara Jakarta 1 September 2007 berlangsung sukses dan berhasil memukau penonton.Pergelaran ini dalam rangka pengenalan ICT kepada masyarakat bawah khususnya penonton wayang yang di pelopori oleh Ditjen Aplikasi Telematika Depkominfo bekerja sama dengan Radio Swara Jakarta. Pergelaran tidak sekedar pentas bareng antara Dalang Wayang kulit dan Golek tetapi memang kedua dalang ini mengusung konsep dan visi yang sama dan menyatu dalam satu garapan lakon "Sarwa Karna atau Karna Tanding".

Kedua Dalang yang jebolan Perguruan Tinggi Seni ini memang terlihat sangat kompak dalam menyajikan sebuah garapan wayang baru penggabungan dari wayang kulit dan goleh dengan didukung beberapa unsur; seperti tari, Bodoran (topeng Bekasi), bintang tamu Endra Utami, animasi, serta garapan gending diatonis yang ditumpangi dengan musik pentatonis. Presentasi pemanfaatan ICT di masyarakatpun dilakukan Ki Bambang Asmoro saat adegan Limbukan lewat tayangan layar movie.

Dalam kesempatan ini juga dilakukan dialog interaktif dengan Direktur Pemberdayaan telematika Depkominfo Bapak Bambang Soeprijanto seputar program - program pemanfaatan dan pengenalan ICT. Penonton yang penasaran permainan seperti apa yang bisa ditampilkan gabungan antara wayang kulit dan golek terjawab sudah di malam minggu yang cerah 1 September 2007 bertempat di halaman Radio Swara Jakarta.

Permaianan kolaborasi kedua Dalang yang sama - sama pejabat di Kominfo dan Budpar ini memang menyuguhkan rasa yang berbeda, palimng tidak momentum ini sebagai titik awal untuk mengembangkan kreatifitas Dalang dalam kolaborasi yang akan datang. Permainan yang maksimal dalam satu kesatuan yang utuh dari kedua Dalang patut di acungi jempol, sehingga pergelaran semacam ini menjadi ajang apresiasi bagi komunitas penonton wayang kulit khususnya terhadap garapan-garapan baru di dunia wayang.

Meski penonton swara Jakrta mayoritas penonton wayang kulit jawa tetapi mereka dapat menikmati kolaborasi ini, karena media bahasa yang di pakai masih tertanggkap jelas, wayang golek berbahasa Indonesia sedangkan wayang kulit berbahasa jawa. Apresiasi tinggi terhadap kolaborasi ini dapat dilihat dengan banyaknya penonton yang hadir dan antusias dalam mengikuti jalannya pergelaran. Tepuk tangan meriah, gelak tawa sering terdengar memecahkan keheningan malam minggu yang cerah kala itu.

Tuesday, April 15, 2008

Pengrawit Mayang Koro


Konon Pengrawit ini sebagian besar Nayogo Alm Dalang Kondang Ki Narto Sabdo. Dan saya ikut merintis mengumpulkannya dengan Pak Suraji Klaten dan kemudian terbentuklah paguyuban karawitan Mayangkoro (Mangesthi Wayang Kagunan Rahayu) Pimpinan Ki Purbo. Sebelum hijrah Ke Jakarta saya sempat beberapa tahun bersama grup ini.

Pesinden Yang Meramaikan


Pesinden ini juga dari Solo Grupnya Ki Purbo Asmoro, antara lain Nyi Purbo Asmoro, Nyi. Suyatmi, Nyi Purwati. Nyi Sukesi. Nyi.Esti Setyowati dan Nyi Anis Lukitasari (adik Ki Purbo)

Penonton Cukup banyak


Penonton yang memadati rumah mbah Marno juga sangat banyak. Mereka tidak hanya datang dari desa sekitar terapi jauh dari beberapa kecamatan tetangga, yang rata-rata seniman dan penonton wayang maindit.

Wakil Bupati Pacitan Memberikan sambutan


Wakil Bupati Pacitan memberikan sambutan dalam pergelaran wayang di Dersono, Pringkuku, Pacitan. Nampak Ny. Kitsie Emersen didampingi suaminya Ki Wakidi Dwijomartono dan Ki Sumarno Hardo Carito, orang tua kami.

Wayang Di Rumah Pacitan


Wayangan dalam rangka Ultah sahabat Kakak Ny. Kitsie Emerson. dengan mengusung peralatan komplit dari Solo, menampilkan Lakon Bedah Ngalengko (dalang Ki Purbo Asmoro).