Selamat Datang

Ki Bambang Asmoro: Makna Simbolik Dalang dan Wayang

Thursday, October 12, 2006

Makna Simbolik Dalang dan Wayang


Peranan Dalang dan Wayang kulit dalam pergelaran wayang menurut Zoetmulder bahwa dalam Serat Centhini jilid IX teks yang berupa tembang Megatruh disebutkan simboliknya sebagai berikut:

Janma tama karya lajem ing pandulu
Sasmitaning Hyang sejati
Dalang lan wayang dinunung
Panganggone Hyang Mawarni
Karyo Upameng pandulon

Kelir gumelar wayang pinanngung
Asnapun makluk ing widi
Gedebog bantala wegung
Balencong pandoming urip
Gamelan gending ing lakon

(maklumlah) oleh manusia sempurna itu dijadikan sasmita (lambing) yang menunjuk kepada Tuhan. Dalang dan wayang diberikan tempat (Arti) yang sejati, yaitu sebagaimna cara menggambarkan bagaimana Tuhan Bertindak . Orang Bijak membuat perumpamakan sebagai berikut.:

Kelir itu jagat yang kelihatan, wayang-wayang yang ditancapkan di kiri dan kanan menggambarkan golongan makluk-makluk Tuhan. Batang pisang adalah Bumi. Blencong adalah lampu kehidupan. Gamelan ialah keserasian antara per peristiwa. (1991:290-291).

Pada uraian di atas jelas digambarkan bahwa perangkat pergelaran wayang kulit merupakan simbolik yang sangat jelas, namun dalang sebagai symbol Tuhan mestinya kurang tepat. Meski dalam sajian pergelaran, wayang menjadi hidup atau mati karena kehendak sang Dalang. Karena Tuhan tidak dapat personifikasikan dengan bentuk apapun serta hanya dapat diketahui melaui sifat-sifatnya.

Adhikara memaknai lain, dalang simbolik dari jiwa, wayang sebagai raga dan Tuhan sebagai orang yang menanggapnya. Tuhan memang tidak terlihat, ia digambarkan sebagai orang yang nanggap wayang karena waktu pergelaran tidak dapat dilihat penonton. Boneka wayang hidup karena jiwa yang beujud Ki Dalang. Jika pergelaran telah selesai wayang ditinggalkan dalang (raga ditinggalkan), wayang dimasukkan kotak (peti) sebab sudah mati sedangkan dalang masih hidup.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home